Memaknai Amanah Bagi Seorang Pengurus Harian

Monday 4 November 20130 comments


Wawancara bersama pengurus harian KMJ Ust. Muhammad Izzah
Mahasiswa al-Azhar university tingkat 2 syari’ah islamiah.

Oleh: Apri Hariadi

Reporter        : Bagaimana pendapat anda memaknai amanah dalam kehidupan, terlebih anda merupakan pengurus harian pada organisasi yang lumayan besar?
Narasumber   : Memaknai amanah bukan sekedar beban atau kewajiban yang harus dijalani melainkan lebih dari itu yaitu memaknainya sebagai wadah karya dan peluang memprofesionalkan diri. Untuk lebih dalam berbagai bentuk amanah tersebut. mengapa begitu? Karena kebanyakan pemegang amanah hanya menjalankan seperti apa yang dialami oleh pendahulunya dan dia hanya mau diperalati oleh atasannya demi kesohorannya tanpa keahlian lebih yang ia dapat dari amanah tersebut.
Repoter         : Bagaimana anda menangapi amanah yang diberikan melebihi kapasitas yang anda miliki?
Narasumber   : Sebenarnya amanahnya yang sedang saya jalani tidaklah terlalu berat dikarenakan program kerja KMJ saat ini sedikit yang bersifat masif. Namun jika amanah melebihi kapasitas yang dimiliki maka tanggapan saya, bahwasannya Sang Pencipta Alam ini tidak akan membebani hambanya selain yang sesuai kemampuannya. Namun kita tak menjadikannya alasan untuk tidak menjalankan amanah tersebut akan tetapi kita harus berusaha seoptimal mungkin dan berdo’a untuk menjalankannya dengan memfokuskan diri pada amanah tersebut dan rela meninggalkan apa-apa yang menghilangkan fokus pada amanah tersebut.
Repoter         : Bagaimana cara anda menyikapi kritikan dari penggurus lain, baik kritikan yang membangun ataupun tidak?
Narasumber   :  Sebagai pemegang amanah sejati kita harus menerima karena tak manusia yang sempurna. Akan tetapi banyak yang melupakan tindak lanjutnya alias kebal kritik tanpa tanggapan.
Repoter         : Hal apakah yang dapat anda peroleh dari pengembanan amanah seperti ini?
Narasumber  : Saya memperoleh pelajaran yang berharga seperti pengelolaan waktu yang efisien, Evaluasi diri dan  penggunaan teknologi yang berkaitan dengan amanah, begitu juga mendapatkan pengalaman yang cemerlang seperti menyelesaikan problem yang susah, kerja yang tertata rapi, kesolidan tim dan medan sosial yang luas di masisir.
Reporter        : Secara pribadi apakah anda merasa telah siap ketika ditunjuk untuk menjalankan amanah terlebih menjadi pengurus harian?
Narasumber   :  Secara pribadi saya menjawab iya, karena saya memiliki kinerja masa lalu yang solid, pengalaman yang mumpuni dan keahlian yang matang. Tetapi masih ada kekurangan-kekurangan yang masih banyak harus diperbaiki seperti the man of public, retorika, kharisma dan banyak lainnya.
Reporter        : Apakah anda pernah mengalami sisi tertekan dalam menjalankan amanah ini?
Narasumber   :  Sebenarnya kalau kita berpikir lebih luas diluar apa yg tak terpikirkan oleh rekan yg lain pasti rasa tertekan itu tidak muncul apa lagi ditambah dengan adanya kredibilitas yang lebih kuat dari problem yang menghadang baik secara gerilya ataupun sudah terbayang di mata.
Reporter        : Dan terakhir, apakah anda setuju bahwa amanah itu ditunggu dan bukan dicari?


Narasumber   :  Tanggapan saya ada 2. Yang pertama, berdasarkan hadits rasulullah Rasulullah pernah menasihatkan kepada Abdurrahman bin Samurah :    Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah engkau meminta kepemimpinan. Karena jika engkau diberi tanpa memintanya niscaya engkau akan ditolong (oleh Allah l dengan diberi taufik kepada kebenaran). Namun jika diserahkan kepadamu karena permintaanmu niscaya akan dibebankan kepadamu (tidak akan ditolong).” (Riwayat Bukhari dan Muslim). Hadits ini melarang kita untuk meminta jabatan akan tetapi jika diberi maka Allah memberi pertolongan. Dari hadits tersebut ada makna yang tersirat yaitu orang yang diminta pasti orang paling siap diantara temannya maka menyiapkannya itu harus karena kita disuruh untuk berlomba dalam kebaikan.

                 Yang kedua, berdasarkan ayat ilahiyah pada surat yusuf ayat yang artinya Berkata Yusuf: “Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan”. (QS. Yusuf: 55), yang mana artinya baginda nabi Yusuf AS meminta kepada raja untuk menjadikannya bendahara kerajaan (Kepala Ekonomi Kerajaan) karena ekonomi lagi krisis. Adapun makna yang tersirat yang bisa kita ambil adalah ketika keadaan memburuk yang berakibatkan pada keamanan dan penghidupan (ekonomi) khayalak banyak dan tak ada yang tampil sebagai solusi maka selaku yang paling mumpuni wajib maju menyelesaikan problem tersebut. Megapa wajib? Karena iya berkaitan dengan masyarakat dari keamanan harta juga diri dan penghidupannya lalu dikarenakan nikmat yang dianugrahkan baik bersifat ilmu yang matang, fisik yang kuat dan sosial yang luas dan solid jika tidak disyukuri lewat pengamalan maka kezhalimanlah (dosa) baginya.
Share this article :

Post a Comment

 
Support : el-Azizy | Forsilam Mesir | Blog
Copyright © 2011. Forsilam Mesir - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Amar
Proudly powered by Blogger