Hakikat Cinta

Saturday 21 March 20150 comments

Oleh : Rahmah Rahim

Masa muda usiaku kini
warna hidup tinggal kupilih
namun aku telah putuskan
hidup diatas kebenaran (Edcoustic – MasaMuda)

Alunan nasyid menemani Salsa ketika ia asyik membereskan kamar. Kebiasaan merubah posisi kamar setiap dua kali seminggu sudah menjadi rutinitasnya. Agar mendapat suasana baru dan tidak bosan. Ketika Salsa sedang menyusun kitab-kitab ke atas rak buku, sebuah suara mengejutkannya.

“Salsa!! Ana punya kabar gembira buat ente!” Tanpa aba-aba Bella langsung masuk ke kamar Salsa.

“Ya Allah, Bel, ente ngagetin ana aja.”

“Hehe, maaf deh. Lagian ente sih, serius amat, jadinya kaget.”

“Kabar gembira apa emangnya? Kasih tau ana dong?”

“Kasih tau nggak yaaa?” Bella menyunggingkan senyum jahil pada Salsa. Seketika Salsa memasang wajah cemberut. Walaupun begitu, Bella tahu, sahabat seperjuangannya ini tak akan pernah bisa marah padanya. Entah karena ia memang berhati lembut atau karena rasa persahabatannya yang tinggi. Yang jelas, ia sangat bersyukur memiliki sahabat seperti Salsa, yang selalu ada ketika ia senang maupun sedih.

“Ia deh ana kasih tahu. Ana dapat tiket promo return untuk pulang ke Indonesia. Dan setelah ana menelfon umi dan abi, mereka ngizinin ana buat pulang selepas ujian termin 2 nanti. Ana senang banget, Salsa.”

“Masya Allah. Seriusan ente? Ana juga ikut senang mendengarnya. Meskipun untuk tahun ini ana belum bisa pulang ke Indonesia.”

“Iya Salsa solihah, ana serius. Besok temenin ana ya, buat belanja oleh-oleh di pasar Hussein.”

“Siip, insya Allah. Sudah adzan maghrib, sholat jama’ah yuk”

“Ayo!”

Adzan maghrib berkumandang di saentro Kairo. Ribuan menara menggemakan asma-Nya. Matahari yang telah kembali ke peraduannya membuat langit makin gelap. Sementara itu, lampu-lampu mulai menghiasi jalanan, toko-toko dan apartemen-apartemen. Dan indahnya pusat peradaban ilmu ini semakin terlihat eksotis di malam hari.

Salsa dan Bella baru saja menyelesaikan tilawah al-qur’annya. Lalu mereka bertafakkur sejenak, untuk lebih mendalami isi al-qur’an. Salsa yang kuliyah di Fakultas Ushuluddin Universitas Al Azhar dengan jurusan tafsir, sering membahas tentang tafsir al qur’an. Sementara Bella, jurusan Syari’ah Islamiyah, lebih sering membahas tentang hukum-hukum yang terkandung dalam ayat al qur’an. Sehingga mereka saling bertukar fikiran dan berbagi ilmu.

Salsa melanjutkan aktivitas beres-beres kamarnya yang sempat tertunda. Dan bella, asyik dengan ponselnya.

“Tadi ketika pulang kerumah, ana satu bis dengan Kak Ardi. Dia titip salam buat ente, Salsa.” Bella membuka percakapan diantara mereka.

“Iya, wa’alaikumsalam.”

“Gitu doang jawabnya?”

“Lha, terus apa?”

“Yaaa, apagitu. Minimal salam baliklah.”

“Ogah. Malas.”

Bella sedikit sebal dengan jawaban singkat Salsa. Kenapa Salsa susah banget mengerti perasaan Kak Ardi. Kalau Bella jadi Salsa, sudah ia sambut perasaan itu. Kurang apalagi coba, Kak Ardi itu. Peraih jayyid jiddan di Fakultas Lughoh, tulisannnya banyak dimuat di jurnal dan bulletin masisir, sholeh dan juga tampan. Bella sudah berusaha untuk membujuk Salsa, tapi Salsa tetap pada pendiriannya.

“Kak Ardi itu ada rasa sama ente, Salsa. Dia cinta sama ente. Udah deh, ente nggak usah sok jual mahal sama dia.”

Salsa terdiam.

“Bella solihah, bukan maksud ana sok jual mahal sama dia. Ana nggak bermaksud sama sekali untuk sombong sama dia. Ana ngerasa kok, dia memberikan perhatian yang lebih. Tapi…” Salsa menghentikan kalimatnya.

“Tapi apa, Salsa?”

“Tapi… ana pengen lebih menjaga hati, Bella. Ana nggak membalas whatsapp, inbox atau BBM nya, bukan berarti ana sombong. Ana nggak mau setan membisiki hati ana, hingga nanti terlena. Ente tau kan, fitnah terbesar bagi kaum adam adalah perempuan. Sebenarnya, ketika kita berusaha untuk menjaga hati dan diri, kita juga telah membantu kaum adam dalam menjauhi fitnah terbesarnya.”

“Tapi bukan berarti ente nggak memiliki rasa cinta kan, Sa?"

“Ana perempuan normal, Bella. Rasa cinta itu ada. Cinta pada Allah, dengan taqwa pada-Nya. Cinta pada rasul, dengan mengamalkan sunnahnya. Cinta pada orang tua, dengan bakti padanya. Cinta pada sesama insan, dengan saling tolong menolong dan mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran.”

“Kalau itu mah, ana juga tau. Maksud ana, cinta pada lawan jenis, pada kaum adam.”

Salsa menarik nafas dalam. Agak susah sebenarnya menjelaskan masalah ini. Tapi tak akan bosan untuk dibahas. Sebab cinta, adalah kata paling sakral di dunia. Kata yang paling indah untuk didengar, dibaca dan diucapkan. Bahkan setiap orang memiliki definisi tersendiri tentang cinta. Tapi tetap saja, hakikat cinta yang paling sejati adalah cinta kepada Sang Pemilik Cinta.

“Bagi ana, cinta itu adalah perasaan yang hadir setelah ijab dan qabul diucapkan, Bella. Karena pada saat itu, cinta bernilai pahala. Sedangkan cinta yang diumbar sebelum waktunya, itu adalah nafsu. Dan nafsu condong pada dosa.”

“Cinta itu fitrah, Salsa. Jadi kalau misalnya ana cinta sama seseorang dan ana belum nikah, itu artinya bukan cinta? Tapi nafsu?”

“Beda, Bella. Antara cinta dan suka. Mungkin itu bukan cinta, tapi suka atau kagum. Barang kali ente kagum karena dia sholeh, pintar atau sikapnya yang dewasa.”

Bella manggut-manggut. Ia mulai menemukan titik terang. Dan hatinya sepakat dengan apa yang dijelaskan Salsa. Ia tak menyangka akan mendapat jawaban yang luar biasa seperti ini.

“Ana nggak nyangka, Salsa. Dalam hal beginian ente ternyata lebih bijak dalam menyikapinya.”

“Bellaaa, bella. Ente ini terlalu berlebihan. Ana juga masih dalam tahap belajar. Makanya, banyakin baca buku, sih.”

“Aduuuh, ente kayak nggak tahu ana aja. Ana lebih suka dibacakan daripada membaca.”

“Khoiru jaliisin kitaabun, lho. Sebaik-baik teman duduk disetiap waktu adalah buku. Sebenarnya ada trik gampang biar ente suka baca buku.”

“Apaan triknya?” Bella penasaran.

“Ente mulai dari membaca yang ente suka. Misalnya nih, dimulai dari membaca status di facebook. Yaaa, asal jangan status alay bin galau aja.”

“Hehehe, ente nyindir ana ya?”

“Bukan gitu maksud ana. Ya, tapi kalau ente ngerasa kesindir, berarti memang begitu adanya.”

“Hehe, okelah. Makasih banyak atas pelajaran berharga hari ini, Salsa. Berlipat-lipat ganda kebahagiaan ana sekarang. Ana balik kekamar dulu ya.”

“Iya, sama-sama. Kita sama-sama belajar, Bella. Oh iya, kalau ente lapar, tadi siang ana bikin bakwan, ana sisain buat ente. Ambil aja di atas meja di dapur.”

“Asyiiik. Ana mau banget. Makasih, Salsa” Bella bergegas kedapur. Salsa hanya tersenyum melihat tingkah laku sahabatnya.

Salsa bergumam lirih di dalam hatinya, “ Ya Allah, sebenarnya bergetar hati ini ketika nama Kak Ardi disebutkan. Tapi soal jodoh, adalah rahasia-Mu. Manusia saja bisa mengarang cerita cinta yang romantis, tentu Engkau, Sang Pemilik Cinta, telah menuliskan kisah cinta yang paling romantis bagi hamba-Mu. Ikhtiyar hamba adalah memperbaiki diri menjadi lebih baik, dan bila saatnya cinta datang menyapa, hamba siap menyambutnya, tentunya dalam ikatan yang halal.”

Salsa bertasbih kepada Allah. Juga seluruh alam semesta bertasbih pada-Nya. Pada-Nya, yang selalu mengalir cinta pada hamba-hamba-Nya.
Share this article :

Post a Comment

 
Support : el-Azizy | Forsilam Mesir | Blog
Copyright © 2011. Forsilam Mesir - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Amar
Proudly powered by Blogger